KETEP
|
Motto : Klaten Bersinar (Bersih, Sehat, Indah, Nyaman, Aman, Rapi)
Kabupaten Klaten merupakan sebuah kabupaten di Povinsi Jawa Tengah, yang berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (utara), Kabupaten Sukoharjo (timur), dan DIY (selatan dan barat).
Kabupaten Klaten mempunyai luas wilayah 655,56 km² yang terbagi menjadi 26 Kecamatan diantaranya Bayat, Cawas, Ceper, Delanggu, Gantiwarno, Jatinom, Jogonalan, Juwiring, Kalikotes, Karanganom, Karangdowo, Karangnongko, Kebonarum, Kemalang, Klaten Selatan, Klaten Tengah, Klaten Utara, Manisrenggo, Ngawen , Pedan, Polanharjo, Prambanan, Trucuk, Tulung, Wedi, dan Wonosari, dan terbagi lagi menjadi 401 kelurahan.
Jumlah penduduk kurang lebih 1.121.000 jiwa (tahun 2003) dengan kepadatan penduduk 1.710 jiwa/km²
Kabupaten Klaten terkenal sebagai kota yang subur dan sebagian besar wilahnya berada pada dataran rendah dan dataran bergelombang dan pusat kota berada pada jalur utama Solo-Yogyakarta.
Daerah pariwisata terkenal di Kabupaten Klaten adalah :
Candi Prambanan yang merupakan candi hindu terbesar di Indonesia,
Makam Sunan Bayat dan Sunan Pandanaran di Paseban-Bayat,
Yaqowiyu di Jatinom, upacara tradisional sebaran apem setiap bulan Sapar,
Makam Ronggo Warsito di Palar-Trucuk, makam seorang pujangga dari Kraton Solo,
Deles Indah di Deles, tempat sejuk dengan pemandangan menawan di lereng Merapi,
Rowo Jombor di Jimbung, tempat pemancingan dengan panorama waduk dan pegunungan,
Museum Gula di Gondang, tempat penyimpanan benda-benda kuno,
Pemancingan Janti di Polanharjo, lokalisasi pemancingan dan budi daya ikan,
dan masih banyak lainnnya seperti Umbul Nilo, Umbul Penganten, Umbul Ponggok, dan Umbul Cokro.
Kota Klaten adalah kota idaman karena daerahnya yang subur, strategis dan tingkat perkembangan yang pesat. Kota ini telah banyak melahirkan putra-putra bangsa yang cerdas dan berwibawa.
berikut ini adalah obyek wisata di klaten:
- gajah mungkur
- waduk gajah mungkur
Tiwul, sering diasumsikan
dengan makanan kampung, ndeso, katrok gak ningrat dan makanan rakyat susah karena dulunya beras mahal hanya orang kaya dan petani yang bisa makan nasi. Tiwul adalah hasil olahan dari tepung ubi kayu (singkong) melalui proses tradisional, yaitu tepung singkong ditambahkan air hingga basah dan dibentuk butiran-butiran yang seragam dengan ukuran sebesar biji kacang hijau dan dikukus selama 20-30 menit. Dulu tiwul atau nasi tiwul dulu dikonsumsi sebagai makanan pokok seperti nasi beras padi atau dicampur dengan parutan kelapa sebagai jajanan. sekarang jarang bisa ditemui penjual tiwul ini cuman tempat2 tertentu atau daerah tertentu saja. Selain itu, tiwul dapat pula dikeringkan menjadi tiwul instan tradisional yang tahan disimpan lebih dari satu tahun cuman masalahnya orang sekarang jarang orang kota mengenal tiwul apalagi anak2 tak akan mengenal tiwul walaupun tiwul instan karena lebih mengenal bubur instan yang banayak mengandung MSG.
Bagi yang masih pengen dan melampiaskan kerinduan akan nasi Tiwul,Langsung saja ke kota gaplek wonogiri sukses,hehe.pasti makyus,,,,,,